«

Film: Ayah, Mengapa Aku Berbeda? (2011)

»

"Ayah, Mengapa Aku Berbeda?" bercerita tentang seorang gadis remaja Angel, tunarungu, tidak pernah menyerah untuk membuktikan bahwa ia terlahir ke dunia ini dengan tujuan yang diberikan Tuhan. Ia terus berjuang meraih impiannya untuk membahagiakan sang ayah, setelah ibunya meninggal saat melahirkan dirinya.

Mula-mula Angel harus berjuang untuk belajar bahasa tangan yang juga dengan susah payah bisa dikuasai oleh ayah dan neneknya. Setelah neneknya meninggal. Angel hanya memiliki ayahnya sebagai teman bicara. Karena pintar, guru-guru sekolah luar biasa menyarankan Angel untuk sekolah umum. Ayah memutuskan pindah ke kota besar sehingga Angel kelak dapat tumbuh di lingkungan yang lebih terbuka.

Diawali dengan penolakan, akhirnya ada sekolah yang mau menerima Angel sebagai murid. Dunia berubah ketika ia harus bergaul dan hidup dengan orang-orang normal di sekolahnya. Ia tidak diterima oleh sebagian teman-temannya karena dianggap cacat. Ia hanya memiliki satu orang sahabat bernama Hendra.

Suatu ketika, Angel melihat tim musik sekolahnya dan menawarkan diri sebagai anggota kelompok musik. Angel ditolak. Ia menangis di samping sang ayah yang memberitahu bahwa ia terlahir dari seorang ibu yang pianis.Ayahnya pun mengajarkan dia bermain piano dan terbukti walaupun tidak bisa mendengarkan suara piano, ia bisa bermain piano dengan hati, hingga bisa mauk tim musik sekolah, tapi tidak diterima oleh kelompok yang diketuai Agnes.

Angel ingin keluar. Keputusan Angel keluar menjadi dilema karena ayahnya yang sedang sakit ingin melihat Angel di konser nanti. Keputusan Angel kembali ke kelompok musik membuat Agnes marah dan menyiksanya hingga tangannya terluka parah. Angel tidak putus asa dan berhasil tampil di panggung dengan dandanan seperti badut. 

Jenis Film Drama
Tanggal Rilis: 17 November 2011
Negara Indonesia
Produksi Rapi Films
Durasi 99 menit

Posters



Keyword: Agnes Davonar, Aji Fernandez, Dinda Hauw, Djaumil Aurora, Drama, Fendy Chow, Findo Purwono HW, Gope T Samtani, Indonesia, Indra Sinaga, Kiki Azhari,



Komentar