«

Film: Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014)

»

Yan (55) adalah seorang pejabat pemerintah yang lurus; Isterinya, Ratna (55 tahun) adalah dosen filsafat di sebuah universitas terkemuka. Mereka berdua memiliki tiga anak yang sangat berbeda sifatnya satu sama lain.

Yang tertua, Firman, paling lemah, baru saja cerai dan dalam kondisi menganggur. Anak kedua, Satria, kontraktor muda, yang punya ambisi besar untuk mengembangkan bisnisnya. Satria tentu saja jadi anak emas keluarga. Dan yang terakhir adalah Dian, bungsu kesayangan seluruh anggota keluarga, telah bertunangan dengan Hasan, anggota DPR yang masih muda, haus kekekuasaan dan punya banyak koneksi para pejabat.

Hidup bersama keluarga ini adalah sang Nenek (Soen), ibu dari Yan, yang menjaga, menemani, dan menjadi tempat mengadu dari seluruh anggota keluarga.

Satria dibujuk Hasan untuk meminta "jatah"? proyek pembangunan pelabuhan dari ayahnya. Sementara Hassan bersama-sama teman-temannya di DPR akan mengatur anggaran proyek tersebut dari dalam. Upaya ini membuahkan hasil: perusahaan Satria memenangkan tender tersebut. Sementara Yan mulai terganggu dengan bisik-bisik di kantornya: rumor beredar bahwa Yan yang dikenal selama ini sangat "lurus,"? akhirnya sama saja dengan pejabat lainnya.

Stress karena gunjingan kanan-kiri, Yan memutuskan mengundurkan diri. Sang Nenek, Soen, bukan tidak paham apa yang sedang dialami anaknya, ikut stress dan akhirnya masuk rumah sakit. Soen wafat. Kehidupan keluarga ini kemudian berubah drastis menjadi lebih suram dan tak sehangat dahulu. Uang mengubah semua dan nilai-nilai dalam keluarga mulai runtuh sejalan dengan terkuaknya kepalsuan di sekitar mereka.


Keyword: Adinia Wirasti, Alex Komang, Arswendi Nasution, Cangkir Kopi, Drama, Fauzi Baadilla, Ibnu Jamil, Indonesia, Joko Anwar, Lasja F Susatyo, M Abduh Aziz,


Film Terkait

Informasi Terkait


Komentar