«

Film: Negeri Tanpa Telinga (2014)

»

Naga (Teuku Rifnu Wikana), tukang pijat, meminta dokter Sangkakala (Landung Simatupang). merusak gendang telinganya supaya ia tidak lagi mendengar suara-suara yang menyakitkan.

Sementara itu sebuah konspirasi besar dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai, Ustad Etawa (Lukman Sardi), bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang negara untuk keuntungan partainya.

Sedang Partai Martobat adalah pengusung legitimasi politik di negeri itu. Piton (Ray Sahetapy) berambisi besar untuk menjadi presiden. Untuk itulah ia berusaha mendapatkan dana sebanyak-banyaknya dengan menggunakan pengaruhnya di parlemen dibantu oleh Joki Ringkik, teman separtainya yang mati-matian meyakinkan Piton untuk maju ke pilpres berikutnya. Piton juga memainkan peran Tikis Queenta (Kelly Tandiono) seorang perempuan pelobi ulung yang bisa masuk ke semua lini parlemen dan orang-orang partai.

Konspirasi dan rencana busuk kedua partai besar tersebut ternyata sudah dincar oleh Kapak, lembaga pemberantasan korupsi yang sudah mencium rekam jejak kedua partai itu. Di samping itu, aktivitas para petinggi partai juga sudah terendus oleh seorang host TV9, Chika Cemani (Jenny Zhang), yang melakukan investigasi lewat berbagai nara sumber.

Piton yang berusaha bermain bersih, ternyata harus berhadapan dengan Kapak. Awalnya, ia mengira bahwa Tikis Queenta mempunyai peran. Tetapi belakangan ia menduga bahwa sang reporter lah yang membocorkan apa yang dilakukannya.

Telinga Naga lah yang sebenarnya menangkap semua percakapan dan perbincangan orang-orang itu. Sebagai tukang pijat, ia mendengar semua pembicaraan orang-orang penting itu. Percakapan itulah yang membuat Naga muak


Keyword: Comedy, Eko Supriyanto, Gary Iskak, Indonesia, Indra Tranggono, Jenny Zhang, Kelly Tandiono, Landung Simatupang, Lola Amaria, Lola Amaria Production,



Komentar