«

Penuh Intrik dan Drama di "Jupiter Ascending"

»

Andy dan Lana Wachowski merupakan duo sutradara yang visioner. Gabungan fiksi, ilmiah dan action di film 'The Matrix' pada 1999 lalu membawa penonton ke dunia baru yang asyik dan kompleks. Di 'Jupiter Ascending', Wachowski mengajak penonton menyaksikan drama dan intrik di luar angkasa.

Dalam strata pemerintahan selalu ada drama dan intrik yang terkait dengan kekuasaan. Seperti Loki yang iri dengan Thor karena tak dianggap Odin di dunia Asgard. Jika film 'Thor' intrik dan drama kekuasaan menjadi motivasi Loki berbuat jahat, 'Jupiter Ascending' mengajak kita masuk ke dinasti keluarga Abrasax dalam perebutan tahta.

Dinasti Abrasax memiliki tiga pewaris, Balem (Eddie Redmayne), Kalique (Tuppence Middleton), dan Titus (Douglas Booth). Sebagai salah satu dinasti yang terkuat di alam semesta, memegang tampuk tertinggi menjadi tujuan hampir semua pewaris dengan motifnya masing-masing. Setelah kematian ibu mereka, pucuk pimpinan dipegang Balem.

Balem adalah tipe anak tertua yang akan melakukan apapun untuk tetap berada di posisinya. Apalagi ia sedang bersiap melakukan panen di planet bumi. Apakah Balem petani atau peternak? Ya, tapi dalam sudut pandang yang brutal.

Bumi disebutkan tempat potensial bagi dinasi Abrasax melakukan investasi. Mereka sedang mengembangkan serum awet muda yang satu botolnya mengorbankan 100 manusia. Sejak zaman purbakala, dinasti Abrasak menempatkan manusia di muka bumi untuk berkembang biak dan suatu saat dipanen. Bahkan Abrasax mengklaim bahwa merekalah yang berada di balik kepunahan dinosaurus.

Hingga kemudian rencana Balem mendapatkan harta melimpah dari serum awet muda terancam karena seorang penduduk bumi Jupiter Jones (Mila Kunis). Tanpa diduga Jupiter adalah reinkarnasi dari ibunya, yang tentu menjadi ancaman bagi kekuasaan Balem.

Seluruh anggota keluarga Abrasax cepat mengambil tindakan. Belem secara lugas menyuruh pasukannya yang mirip monster untuk membunuh Jupiter, Titus merayu, dan mengancam Jupiter agar menerima ajakan menikah, dan Kalique berpura-pura menjadi teman Jupiter.

Dan Caine (Channing Tatum) sang pangeran penyelamat pun datang dengan sepatu anti-grativasinya (Ya, bukan kuda putih). Jupiter meninggalkan bumi dan hidupnya yang membosankan dengan menjelajahi pesawat luar angkasa dari masing-masing keluarga Abrasax. Pengalaman buruk berhadapan dengan urusan birokrasi juga ia alami di luar angkasa ketika bermaksud mengklaim titel penguasa.

'Jupiter Ascending' sebenarnya berpotensi menghasilan space opera yang seru jika saja cerita dan pemilihan cast digarap dengan lebih baik. Ikatan cinta antar Caine dan Jupiter terasa klise dengan dasar ikatan yang tak kuat. Selain jalan cerita yang mudah ditebak, intrik dalam perebutan kekuasaan juga kurang terasa dramatis. Satu-satunya cast yang menonjol dalam film ini hanya Eddie Redmayne yang diam-diam serigala. Di balik suaranya yang lembut dan sayu, terdapat ambisi yang sanggup membuatnya membunuh ibu sendiri. Akting Eddie begitu meyakinkan, meskipun aura Stephen Hawking (peran Eddie di Theory of Everything) masih terasa dalam dirinya.

Namun Wachowski bersaudara patut dipuji lewat penyajian visual luar angkasa yang indah seperti "Gravity', ditambah desain pesawat yang megah. Kostum-kostum yang digunakan memadukan desain futuristik seperti 'Star Wars', serta elegan dan unik ala kerajaan seperti kostum Katniss Everdeen di 'The Hunger Games'.

Penulis skrip juga memasukkan beberapa jokes yang bertebaran di dialog sepanjang film, meskipun tidak semuanya berhasil membuat tertawa.


Keyword: Jupiter Ascending, Theory Of Everything, Gravity, Andy Wachowski, Channing Tatum, Douglas Booth, Eddie Redmayne, Lana Wachowski, Mila Kunis, The Hunger Games,


Film Terkait

Informasi Terkait


Komentar