«

Film: Ria Rago: Pahlawan Wanita dari Lembah Ndona (1930)

»

Kisah kawin paksa a la Sitti Nurbaya. Gadis Kristen Ria Rago dari desa Noea Nelloe dipaksa nikah orangtuanya sebagai istri kedua Dapo Doki, muslim dari desa Rada Woewoe, dengan mahar yang sangat tinggi. Ria menentang pernikahan ini, karena Dapo "kafir" dan sudah beristri. Ria mengadu pada pastor setempat yang kemudian bersama katekisnya (guru agama) mengunjungi ayah Ria. Sia-sia.

Setelah mahar disetujui Rago Da’oe dan istrinya tetap memaksa. Mereka mengikat Ria ke tiang rumah dan menyiksanya. Sang pastor dan katekisnya berdoa. Pastor menyuruh katekis membawakan salib ke Ria. Dengan menggenggam salib, Ria berhasil memutus tali pengikat tangannya saat keluarganya berpesta merayakan lamaran Dapo Doki. Ria lari ke susteran, yang merangkap asrama putri dan klinik pengobatan, dalam kondisi tubuh lemah. Ia dirawat.

Esoknya, dalam keadaan marah Rago Da’oe pergi ke Rada Woewor, mengabarkan pelarian Ria, dan akan mengambilnya dari Susteran. “Tidak mungkin Rago. Kita harus menunggunya sampai Minggu sore saat para suster ada di gereja.” Bingung, Rago bertanya pada Nitoe Pai (dewa). Pertandanya tidak baik, maka dia memberi persembahan pada Woela Ledja (matahari-bulan) dengan menyembelih seekor ayam dan memercikkan darahnya ke tempat pemujaan dan sekeliling desa.

Minggu jam empat sore saat misa berlangsung, Rago dkk bergerak. Susteran sepi. Agatha, gadis yang menjaga Ria lari lompat jendela ketika Rago dkk masuk. Ria digotong dengan sebilah bambu panjang dan di bawa pulang ke rumah. Agatha lapor suster tepat saat habis misa. Suster lapor pastor.

Di rumah, plester dan perban pembalut luka Ria dilucuti. Kaki dan rambut Ria diikat kembali ke tiang (kogo). Berbulan-bulan disiksa lagi. Ria minta salib yang jadi kekuatannya. Adiknya, Resi, mencela keras. Suster mengunjungi Ria di rumahnya. Rago marah dan mengusir suster sambil menyiksa Ria. Ria dipasung dan dipaksa melepas kepercayaannya.

Tiga bulan kemudian, Dapo berkunjung lagi. Ria tetap menolak. Suguhan minuman membuat Dapo mabuk dan merayu Ria lagi sambil melepas pasungan dan ikatan. Ria mendorong Dapo dan lari. Rago yang juga mabuk, terjatuh saat mengejar Ria hingga dipapah pulang. Ria berketetapan tidak akan nikah dengan Dapo. Dia jatuh kelelahan di depan rumah guru Pondaag. Keesokannya, ketika keluarga Pondaag pergi ke gereja, ia melihat Ria tergeletak. Mereka lalu memberi minum, memanggil pastor dkk, dan menandu ke susteran. Dokter dipanggil. Kondisinya parah. Sementara itu Rago juga tidak bisa tidur.

Ria dianjurkan menerima Sakramen Perminyakan (Terakhir). Rago kembali minta petunjuk Nitoe Pai. Pertandanya buruk. Ria menerima sakramen terakhir, Rago mengembalikan mahar ke Dapo dan pergi ke pastor yang menganjurkan agar dia minta maaf pada Ria. Ria memaafkan dan nyawanya melayang.

Jenis Film Drama
Tanggal Rilis: 1930
Negara Indonesia
Produksi Soverdi
Durasi 110 menit
Catatan Diduga dari kisah nyata bila melihat di awal film ada tulisan “plaats en tijde van het werkelijk gebeurde” (tempat dan waktu benar-benar terjadi) atau dalam teks Perancis: histoire authentique contemporaine. Kejadiannya tahun 1923. Tahun produksi filmnya menurut IdFC 1930, sesuai tanggal lulus sensor di Belanda. Dua pembuat film ini belajar film dulu di Amerika Serikat atas perintah Uskup Flores saat itu. Produksi film ini mengambil lokasi di Lembah Ndona, Flores. Tempat ini sekitar 8 km dari Ende, dan tempat tinggal Uskup Agung Ende sekarang.

Posters



Keyword: Drama, Dapo Doki, Hadji Dasa, Martinus Koenoe, Ria Rago, Simon Buis Svd, Indonesia, LE Dr JM Kannoo, Soverdi, Rago Daoe, Simon Buis,



Film Terkait

Informasi Terkait


Komentar