«

Film: Jagoan Instan (2016)

»

"Jagoan Instan" bercerita tentang Bumi yang merupakan seorang pemuda kurus kerempeng dan berwajah pas-pasan. Ia berasal dari keluarga tak mampu dan ia hanya seorang pemuda lulusan SMA yang memiliki pola pikir yang sederhana.

Jika dipandang dari segala sisi, pemuda ini sama sekali tidak mirip dengan seorang jagoan. Namun dirinya dipaksa karena dorongan rasa sakit hati terhadap seseorang yang telah merebut pacarnya. Hal itulah yang membuat Bumi menerima tugas sebagai seorang jagoan, selain itu ia juga memperoleh honor dari tugas itu.

Di Amerika ada tiga jagoan menganggur karena kondisi negeri mereka sudah damai dan makmur. Di Indonesia ada bekas jagoan yang gagal memperbaiki keadaan. Korupsi dan kejahatan tetap merajalela. Om Gun (Dede Yusuf) , bekas jagoan itu, mengundang tiga jagoan Amerika untuk beraksi di Indonesia dengan syarat membawa apa yang dinamakan serum jagoan.

Dengan serum jagoan Om Gun lalu merekrut keponakannya, Bumi (Kemal Palevi), menjadi seorang jagoan untuk memberantas kejahatan. Maka Bumi pun menjadi Jagoan Instan, jagoan yang mempunyai kekuatan setelah disuntik serum jagoan. Bila pengaruh serum itu menghilang maka Bumi kembali menjadi manusia biasa-biasa saja. Mulai dari mematai-matai anggota DPR yang studi banding sampai menyelamatkan Mbah penunggu gunung dilakukan Bumi. Bahkan juga menyelamatkan uang satu ember dari rumah seorang koruptor.

Bumi berhadapan dengan musuh utamanya, Romeo (Kevin Julio), yang merebut pacarnya, Pertiwi (Anisa Rahma). Romeo putra tunggal Ratu Gelondongan (Meriam Bellina), pemimpin perhimpunan pembalak hutan seluruh Indonesia.

Romeo sadar Pertiwi tidak mencintainya. Ia mau menyerahkan Pertiwi ke Bumi asal Bumi mau menyerahkan serum jagoan. Bumi setuju. Pada hari pertukaran itu, Romeo menjajal serum jagoan dan memaksa Bumi menghadapinya. Maka terjadilah duel dua 'jagoan' yang berlangsung tiga hari tiga malam.


Keyword: Alexa Key, Andovi da Lopez, Anisa Rahma, Bintang Timur, Chand Parwez Servia, Comedy, Daan Aria, Dede Yusuf, Drama, Ence Bagus, Fajar Bustomi,



Komentar