«

Film: Daun di Atas Bantal (1997)

»

Gagasan berangkat dari video dokumenter yang dibuat oleh sutradara yang sama, pesanan dari NHK Jepang, berjudul Dongeng Kancil untuk Kemerdekaan. Kalau video dokumenter tadi berupa dokumenter yang "difiktifkan" atau menjadi alat untuk menyatakan suatu sikap pada saat 50 tahun kemerdekaan RI, maka film ini adalah sebuah fiksi yang "ditabrakkan" dengan realitas kehidupan anak jalanan yang diperankan oleh mereka sendiri.

Bentuk kisah mengambil siklus harian kehidupan para tokohnya: tiga anak jalanan (Kancil, Sugeng Heru) dan Asih (Christine Hakim). Yang terakhir ini boleh dibilang menjadi "ibu asuh" tiga anak jalanan tadi, yang punya bisnis sendiri (berdagang kembang dan batik) dan juga punya masalah sendiri dengan kehidupan pribadinya. Suaminya hanya datang untuk merampas duitnya.

Ia sendiri akhirnya "pacaran" dengan laki-laki lain. Hubungannya dengan anak-anak juga bukan hubungan yang mulus. Selalu ada masalah, tapi mereka seolah saling membutuhkan juga. Kecuali kegiatan Asih, kegiatan anak-anak jalanan yang sudah banyak ditulis (kenakalan dan kebrengsekannya, namun juga sisi menusiawi yang mengharukan) dilukiskan dengan gaya "dokumenter". Tiga anak masing-masing kemudian meninggal.

Kancil terbentur terowongan kereta, saat dia berada di atap kereta. Heru korban mafia asuransi anak-anak. Sugeng mati ditusuk sekawanan gang yang salah mengira bahwa Sugeng itu musuh yang mereka cari. Sugeng jadi masalah karena tak diterima kuburan akibat tak punya KTP. Kematian-kematian yang tiba-tiba ini --meski penuh masalah dan drama-- mengesankan sutradara dengan gampang menyelesaikan ceritanya. Kalaupun bentuk siklus hidup harian yang dijadikan bentuk pegangannya, maka "drama" yang sebetulnya sangat mencengkam itu tadi, menjadi kehilangan "dramanya". Film ini jadi seperti kalau orang membaca judul-judul koran saja.

Jenis Film Drama
Tanggal Rilis: 1997
Negara Indonesia
Produksi PT Christine Hakim Film
Durasi 85 menit

Posters



Keyword: Armantono, Christine Hakim, Denny Christanta, Drama, Garin Nugroho, Heru, Indonesia, Kabri Wali, Kancil, PT Christine Hakim Film, Sarah Azhari,



Komentar