«

Film: Betina (2006)

»

Betina (Kinaryosih) bekerja memberi makan sapi-sapi dan membersihkan kandang dan memerah susunya. Sejak kecil, Betina sudah kehilangan figur ayah. Sosok ayah direnggut dari kehidupan Betina gara-gara pikiran yang dituangkan dalam sebuah buku: NKRI Bukan Tuhan.

Ayahnya yang bekerja sebagai tentara dituduh melakukan tindakan subversif. Penculikan itu mengguncang kejiwaan Betina dan ibunya (Tutie Kirana). Betina tumbuh jadi sosok yang introvert tapi mudah meledak, sedangkan ibunya hidup dalam khayalan seakan sang suami akan pulang suatu hari nanti. Benih cinta Betina tumbuh saat melihat upacara penguburan pemilik peternakan tempatnya bekerja.

Ia terpikat dengan seorang pria pengurus makam, padahal ia dikelilingi laki-laki yang penuh nafsu terhadap tubuhnya. Pengurus makam itu memperlakukan setiap perempuan dari keluarga yang berduka dengan penuh kasih sayang. Betina penasaran dan selalu merindukan pria pujaan hati yang tak dikenalnya itu. Setiap ada upacara kematian, Betina selalu hadir untuk bisa berjumpa dengan pria itu. Setiap libido seksualnya muncul, ia mengekspresikan dengan memeluk tubuh Dewa, sapi kesayangannya. atau menari mengikuti lagu dari radio sambil membayangkan dirinya sedang dicumbu oleh pelayan makam itu.

Obsesinya untuk bisa berdekatan dan dilayani oleh pengurus makam itu menuntunnya untuk membunuh ibunya, yang diintipnya berkasih-kasihan dengan pengurus makam. Upacara pemakaman ibu Betina pun dilaksanakan. Namun, pengorbanan itu tidak bisa mempertemukan Betina dengan pengurus makam yang dicarinya. Kavling kuburan sudah penuh. Pengurus makam dibunuh oleh pembantunya. Sebuah film eksperimen yang lebih menekankan suasana libido tokoh-tokohnya dan jalinan cerita tidak berjalan lurus.


Keyword: 9 Palm Pictures, Agastya Kandou, Agus Joli, Be Raisuli, Choky Situmorang, Drama, Fahmi Alatas, Indonesia, Kinaryosih, Lola Amaria, Maudy Koesnaedi,



Komentar