«

Film: Danum Baputi: Penjaga Mata Air (2015)

»

Sekelompok masyarakat di pedalaman Kalimantan yang masih peduli dengan lingkungannya, peduli dengan hutan adat mereka. Mereka percaya atas ramalan nenek moyang mereka 100 tahun yang lalu bahwa akan terjadi kerusakan hutan yang diakibatkan oleh ulah manusia, namun akan diselamatkan oleh seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk menjaga hutan dan sumber mata air mereka. Danum Baputi, anak perempuan Tuwo Damang, kepala suku, terpilih sebagai Danum Pambelum (penjaga mata air).

Salah satu perusahaan asing melakukan pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Hal ini tidak saja mendorong konflik antara masyarakat adat dan investor, namun juga antar masyarakat itu sendiri, karena adanya oknum-oknum yang membelot karena ketamakannya.

Tanah adat Danum Baputi adalah sasaran utama perluasan perkebunan tersebut. Tuwo Damang, ayah Danum Baputi sebagai kepala suku dibantu Penyang dan Mantikei serta penduduk lain berusaha mencegah hal itu. Namun Kiung, anak buah pihak perkebunan melakukan tipu daya untuk mendukung perluasan areal perkebunan.

Ia juga memanfaatkan Akin yang menaruh hati pada Danum. Karena gagal mendapatkan Danum, maka Akin bergabung bersama Kiung dan akhirnya diperalat untuk menghabisi Tuwo Damang yang dianggap sebagai penghalang dalam menguasai tanah adat. Danum, Penyang, dan Matikei menghentikan ulah Kiung yang membakar rumah-rumah penduduk yang tidak mau mengikuti kehendaknya.

Produser R Yayank NN
Sutradara Gunawan Paggaru
Penulis Azwar Sutan Malaka, R Yayank NN, Arifah Prihartini
Pemain Jovita Dwijayanti, Raditya Agung Yudistira" href="https://layarfilm.com/name/109/raditya-agung-yudistira">Raditya Agung Yudistira, Reiner Manopo, Yatti Surachman, Dolly Martin, Billy Budjanger, Arif Rahman, Hetty Soendjaya, Helmy Jagar, Putri Sabilah
Jenis Film Legend, Drama
Tanggal Rilis: 26 March 2015
Negara Indonesia
Produksi Sa Villa Production

Posters



Keyword: Drama, Legend, R Yayank NN, Gunawan Paggaru, Azwar Sutan Malaka, Arifah Prihartini, Jovita Dwijayanti, Raditya Agung Yudistira, Reiner Manopo, Yatti Surachman,



Komentar